Masalah global yang mendunia saat ini adalah Perubahan Iklim yang disebabkan oleh Global Warming. Mengingat pentingnya issue atau masalah itu, maka wakil-wakil negara berkembang dan negara-negara maju mengadakan Konferensi Perubahan Iklim ke 18 di Doha. Keputusan atau kesepakatan Konferensi ini tidak sepenuhnya memuaskan Indonesia. Dikatakan sebelumnya dalam Konferensi Protokol Kyoto negara-negara maju akan menyalurkan dana kepada negara berkembang dalam jangka panjang dimulai dengan kerangka 3 tahun (2013-2015) sebesar 60 miliar USD dan mengurangi emisi.
Kehadiran:
Pertemuan diatas adalah lanjutan dari Protokol Kyoto. Dihadiri oleh 37 negara maju dan Uni Eropa.
Selama delapan tahun sejak 1 Januari 2013, mereka akan mengurangi 20% emisi gas
Rumah kaca Dunia. Tiga negara
maju: Rusia, Jepang, Selandia Baru
menjadi anggota tetap Protokol Kyoto, Tetapi Kanada dan Amerika Serikat keluar.
Pelaksanaan:
Dalam rangka pelaksanaan Protokol Kyoto ke 2, Delegasi RI
untuk COP/CMP ke 28 di Daha, Qatar telah menyepakati dua hal:
1.
Pembentukan Pusat
Kajian Kebijakan Lingkungan
2.
Sistem
Inventerasisasi Gas Rumah Kaca Nasional
F
F
F Fokus
Tetapi yang tidak kalah penting
adalah Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca.
Gas Rumah Kaca adalah gas secara langsung atau tidak langsung dihasilkan
oleh aktifitas manusia atau alami perubahan yang keberadaannya di atmosfer.
Diprediksi Indonesia menghasikan
Gas Rumah Kaca yang terbesar dari sumber
limbah domestik termasuk sampah plastik. Limbah-limbah belum dikelola dengan baik.
Langkah untuk meminimalkan sumber limbah domestik maka diadakan kegiatan
invetaris dilengkapi jumlah emisi gas rumah kaca yang telah diinventaris.
Sungguh mengejutkan bahwa
jumlah nilai estimasi Gas Rumah Kaca Methan di Jogja dan Sumatera Selatan
berjumlah emisi 39.6 ton/tahun dan 35.89 ton/tahun.
Melihat kenyataan demikian,
tentu kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi aktif dalam mengelola
limbah sampah-sampah termasuk sampah plastik.
Saya sendiri tertarik dengan
sampah plastik. Hampir tiap hari saya
pergi ke pasar untuk berbelanja. Tiap kali berbelanja satu macam barang
dibungkus dengan 1 kantong plastik. Jika saya berbelanja 4 barang, dalam sehari
saya menerima 4 kantong plastik.
Bayangkan berapa kantong plastik yang saya terima dan saya buang dalam sebulan 30 x 4 adalah 120 kantong plastik dan dalam
setahun 1440 kantong plastik.
Menyadari bagaimana mahalnya pembuatan
kantong plastik diperlukan 12 juta barel minyak per tahun dan 14 juta pohon
ditebang. Bahayanya pembuangan kantong plastik karena kantong plastik bukan dari
senyawa biologis . Plastik memiliki
sifat sulit tergeredasi . Plastik membutuhkan waktu hingga 500 tahun untuk dapat
terurai sampai habis. Bahkan plastik
mencemari tanah air, air laut dan udara.
Setelah menyadari bahaya dan
mahalnya kantong plastik, saya memberikan berbagai tips di masyarakat dan
penjual di pasar modern dekat rumah saya. Saya bagikan semua kantong plastik
untuk digunakan kembali.
Berikut adalah tips saya mengenai kantong plastik bagi masyarakat:
2. Memberikan kantongplastik kepada toko atau pedagang yang mempunyai alat daur ulang untuk kantong plastik.
3. Membawa tas belanja sendiri . Dengan demikian akan mengurangi kantong plastik yang tidak diperlukan.
4. Menganjurkan kepada pedagang untuk menggunakan kertas , daun sebagai pengganti kantong plastik.
5. Meletakkan kantongplastik yang telah diikat seperti terlihat dalam contoh gambar di sekitar tempat dalam rumah untuk menggantikan tempat sampah dari kaleng. Tempatkan kantong plastik tersebut di tempat dimana anda biasanya menempatkan tempat sampah misalnya di tempat laundry atau di kantor.
6. Menggunakan kantongplastik sebagai penyimpan sisa makanan di lemari es. Namun hal ini harus diingat bahwa penyimpanan sisa makanan dalam kantong plastik hanya berlaku untuk waktu yang tidak terlalu lama karena akan terjadi dekomposasi, tidak baik untuk pemanasan.
7. Meletakkan kantongplastik yang telah diikat dalam mobil dan meletakkannya di tempat dimana kita dapat mengambilnya dengan mudah, seperti di laci di jok atau tempat penyimpanan barang dalam mobil sehingga ketika kita harus makan atau minum, kita dapat gunakan kantong plastik itu dan mobil kita selalu kelihatan bersih karena tidak ada sisa makanan atau barang-barang yang tercecer.
8. Jika kita mempunyai binatang piaraan seperti anjing, kucing, gunakan kantong plastik untuk mengambil kotorannya di halaman. Gantungkan kantong plastik ke leher binatang piaraan kita ketika kita mengajak jalan-jalan binatang itu dan tiba-tiba harus mengeluarkan kotoran, maka kita tinggal mengambil kantong plastik itu.
9. Menyumbangkan kantongplastik kepada tempat penitipan bintang piaraan karena mereka pasti memerlukannya.
10. Menggunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkus ketika kita akan mengirim paket. Selain berguna untuk melindungi paket juga kita ikut mengambil manfaatnya.
11. Memasukkan kantong plastik ke bagian dalam sepatu ketika kita sedang mengeringkan sepatu sehingga sepatu tetap dalam keadaan baik dan tidak kena air.
12. Daur ulang plastik menjadi bunga krans yang indah.
13. Daur ulang plastik menjadi tas plastik yang indah .
14. Daur ulang plastik menjadi bunga-bunga plastik kecil yang indah
15. Menyarankan pembuat plastik agar memproduksi dengan bahan yang ramah lingkungan, mencoba mencari inovasi agar bahan baku plastik diganti.
16. Jangan menggunakan plastik untuk membungkus popok bayi atau orang tua . Sebaiknya popok bayi atau orang tua yang penuh kotoran, diikat sampai rapat dan dibuang tanpa dimasukkan ke dalam plastik.
Tidak mudah untuk memulai segala sesuatu dengan kebiasaan baru, tetapi jika kita tidak memulainya kapan lagi akan memulai. Semua harus dimulai dengan yang kecil dan alangkah indahnya jika semua orang dapat mengikuti langkah yang sangat kecil ini untuk menyelamatkan bumi Indonesia dan bumi secara keseluruhan.
Tulisan ini dibuat dalam rangka
mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Oxfam.
” Oxfam adalah konfederasi Internasional
dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian
dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas
dari ketidakadilan akibat kemiskinan.”
Sumber: Studi Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun 2011